Senin, 07 Maret 2016

PELAJARAN PADA KISAH PENYEMBELIHAN NABI ISMA’IL AS

Pendahuluan

Perjalanan hidup nabi Isma’il ‘alaihissalam adalah sebuah kisah monumental tentang kesiapsiagaan seorang pejuang Muslim menerima perintah dengan tulus dan tanpa penolakan. Syari’at difahami bukan sekedar sebuah koleksi keilmuan ataupun rekreasi berfikir semata, melainkan sebuah aturan yang harus dijalankan.

Demikianlah menurut Sayyid Quthb bahwa dalam setiap periode sejarah manusia, seruan kepada syari’at Allah memiliki satu sifat kesamaan yaitu deklarasi kemerdekaan untuk menghamba secara totalitas hanya kepada Allah. Hal ini dengan lugas ia kemukakan,
إسلام العباد لرب العباد، وإخراجهم من عبادة العباد إلى عبادة الله وحده، بإخراجهم من سلطان العباد في حاكميتهم وشرائعهم وقيمهم وتقاليدهم، إلى سلطان الله وحاكميته وشريعته وحده في كل شأن من شؤون الحياة [1]
“Ketundukan seorang hamba kepada tuhannya, membebaskan diri dari penghambaan atas sesama manusia menuju penghambaan kepada Allah semata. Mengeluarkan mereka dari cengkraman ketuhanan dan hukum-hukum buatan manusia, mengeluarkan mereka dari kungkungan sistem-sistem nilai dan tradisi-tradisi buatan manusia kepada kekuasaan Allah, otoritas dan syari’at-Nya semata dalam segala ruang lingkup kehidupan.”