Minggu, 22 September 2013

Kerugian Dunia Karena Kemunduran Ummat Islam



Riwayat Buku
Judul                    : Madza Khosirol ‘Alam binkhithothil Muslimin
                               : Kerugian Dunia karena Kemunduran Ummat Islam
Penulis                : Abul Hasan an Nadwi
Penerbit             : Maktabah al Iman
Tebal buku       : 262 hlm
Terbit                   : Kairo 1945


Tinjauan Umum

Buku ini menggambarkan realitas kehidupan ummat Islam masa kini dan manusia pada umumnya dan semangat serta solusi untuk membangkitkan kembali kejayaan Islam dan ummatnya. Buku ini terbagi ke dalam 5 bab.

Bab pertama, Penulis menceritakan peradaban manusia pasca lenyapnya pengaruh agama samawi yang masih murni. Dunia berada dalam kegelapan jahiliyyah. Pada bagian ini, pembaca dapat mengetahui situasi sosial, politik, ekonomi dan keagamaan bangsa-bangsa besar yang ada didunia. Mulai dari peradaban Romawi, Persia, bangsa Afrika, Asia sampai dengan bangsa Arab. Intinya, abad ke-6 sampai dengan abad ke-7 merupakan babak kehidupan jahiliyah (zaman kegelapan) yang dipenuhi oleh penindasan, kezaliman, diskriminasi oleh para bangsawan kepada rakyat berlandaskan doktrin agama. Ummat manusia berada dalam keadaan sekarat.

Bab Kedua, membahas pergeseran peradaban dari zaman jahiliyyah kepada Islam. Diutusnya Nabi saw dan perannya melakukan perubahan sosial hingga bangsa Arab menjadi bangsa yang diperhitungkan. Mulai dari pembentukan akidah, membangun sistem serta menghasilkan dan mengorganisir para pejuang-pejuang agama yang tangguh.

Bab ketiga, khusus membahas tentang kelanjutan masa kekuasaan Islam mulai dari masa kekuasaan Khulafaurrasyidin sampai dengan masa kekuasaan Khilafah Turki Utsmani. Penulis memaparkan fakta-fakta sejarah pada masa ini sejak masa keemasannya hingga keruntuhan kekuasaan Islam yang saat itu diwakili oleh Turki Usmani pada tahun 1924 M.

Bab empat membahas tentang kondisi umat manusia dibawah kepemimpinan bangsa-bangsa Eropa. Perkembangan faham materialism yang membangkitkan era pencerahan di Eropa yang pada akhirnya mengarahkan mereka pada bunuh diri. Kebangkitan ini ditandai dengan hilangnya kepercayaan kaum ilmuwan terhadap doktrin-doktrin gereja yang sesat dan menyesatkan itu, serta menentang supremasi gereja sebagai pemimpin negara sekaligus pemimpin keagamaan. Zaman ini juga ditandai dengan kelahiran kolonialisme, semangat penaklukan yang didasari keinginan merampok kekayaan, distribusi hasil industri dan penyebaran agama. Hal ini menambah penderitaan dan keterpurukan ummat Islam.

Bab terakhir penulis menyimpulkan bahwa sudah tiba saatnya bagi umat Islam untuk segera  merebut kembali kepemimpinan dari tangan bangsa-bangsa barat. Penelusuran kembali nilai-nilai spiritual serta penguasaan teknologi jelas merupakan prasyarat kebangkitan kembali kejayaan ummat.

Demikianlah kesedihan dan kegelisahan penulis melihat kondisi ummat Islam menghasilkan tulisan dengan semangat yang terasa meluap-luap mempengaruhi ketika membaca buku ini. Teringat wejangan almarhum Ust. Rahmat Abdullah, “Jika diluar sana beronggok-onggok kemanusiaan terkapar terabaikan orang, maka kitalah yang akan menanggung-nya seluruh atau sebagian demi sebagian. Kita harus mengambil alih tanggung jawab dengan kesedihan yang sungguh, seperti kita menangisinya saat pertama kali menginjakkan kaki di peradaban modern ini beberapa waktu silam.”

KERUGIAN DUNIA KARENA KEMUNDURAN UMMAT ISLAM

Bab I     Masa Jahiliyah (العصر الجاهلي)
Kerugian Ummat Manusia (الإنسانية في الاحتضار) serta Tatanan Politik dan Ekonomi Masyarakat pada Masa Jahiliyyah (النظام السياسي والمالي في العصر الجاهلي)

Menurut penulis, Abad keenam dan ketujuh merupakan puncak kemerosotan peradaban manusia. Manusia telah melupakan tuhannya & bahkan telah melupakan dirinya sendiri, hal ini disebabkan ajaran yang dibawa para nabi telah lenyap. Penulis kemudian melakukan perjalanan panjang eksplorasi keadaan ummat manusia pada masa itu,

Agama Kristen mengalami kehancuran karena kedatangan Paulus yang memasukkan khurafat yang ada dalam agama berhala. Pada masa ini orang-orang Kristen sangat berlebih-lebihan dalam menyembah orang-orang suci mereka dan gambar-gambar atau patung Isa.

Penyimpangan agama Kristen ini juga menyulut peperangan yang berkepanjangan karena perbedaan pandangan apakah Isa itu campuran manusia dan tuhan atau zat tunggal. Mereka saling bunuh hanya karena disebabkan hal-hal yang sepele. Negeri-negeri besar di dataran Eropa yang pada masanya menjadi pusat peradaban telah hancur menjadi gelanggang pertikaian dan pembunuhan. Hal ini diperparah dengan tingkah laku para bangsawan yang menghisap habis “darah” rakyat guna kepentingan pribadi dan kemewahan. Hingga Gustav le Bonn, seorang pemikir barat mengungkapkan agama kristenlah penyebab kehancuran dan kemunduran peradaban manusia pada masa ini.

An Nadwi juga menuliskan bau busuk dari luka sejarah yang tak terobati, bahkan  hingga saat ini. Arogansi bangsa yahudi akan keunggulan nasabnya dari semua bangsa lain memancing kebencian yang berdarah-darah dengan kaum nashrani. Penyerbuan dan pembantaian kaum wanita dan tempat-tempat ibadah dari kedua belah pihak menandai betapa sesatnya nafsu yang mereka klaim sebagai perintah suci agama.

Persia sebagai salah satu pusat peradaban pada masa itu juga tak kalah rusaknya. Raja-raja dipertuhankan, mereka adalah pembuat hukum dan memiliki hak yang absolute terhadap segala hal.  Pernikahan senasab diperbolehkan,  hingga kaisar Yazdasir II menikahi anaknya sendiri yang kemudian dibunuhnya. Faham ini berkembang terus hingga timbul ajaran Mazadak yang diantara isi ajarannya adalah wanita itu sebagaimana air, api dan padang rumput sehingga bisa dinikmati oleh semua orang secara bersama-sama.

Asia termasuk yang mengalami penyimpangan keagamaan, agama Lau Tse, Confusius dan Budha mengalami kemunduran yang pesat pada masa-masa ini, mereka segera berubah dengan drastis menjadi agama berhala. Jawaharlal Nehru mengungkapkan, bahwa kemunduran agama budha pada masa itu adalah disebabkan kaum Brahmana menuhankan Budha, inilah awal berhalaisme dan kehancuran pada kemurnian ajaran agama ini. Tak berselang lama, nafsu keserakahan berkembang. Dengan mengatasnamakan agama kaum brahmana mengeruk kekayaan, kekuasaan dan wanita. Hingga kuil-kuil menjadi tempat perbuatan cabul sekaligus penyembahan terhadap alat kelamin lawan jenis. Belum lagi pembagian kasta yang menghinakan sebagian besar manusia guna melayani arogansi dan egoisme minoritas penguasa.

Demikian pula kondisi di Arab, kemusyrikan dan penindasan terhadap hak-hak kaum wanita pun terjadi. Yang membedakan kejahiliyahan mereka dengan bangsa lainnya adalah mereka tidak mengatasnamakan agama dan kepercayaan atas prilaku penyimpangan yang mereka lakukan. Perang antar suku terjadi karena sebab-sebab yang logis, penguasaan harta atau sekedar kebencian. Demikian pula sebagai contoh perilaku membunuhi anak-anak wanita bukanlah karena itu “perintah tuhan” melainkan karena dalam pandangan mereka wanita itu tidak bisa berperang dan merepotkan dalam menjaganya ketika terjadi peperangan. Jelas berbeda dengan kejahiliyahan bangsa-bangsa lain pada masa itu yang mengatasnamakan agama atas segala perilaku penyimpangan yang mereka lakukan.

Bab II Dari Jahiliyyah Kepada Islam (من الجاهلية إلى الإسلام)

Metodologi Nabi dalam Melakukan Perbaikan dan Perubahan (منهج الأنبياء في الإصلاح والتغيير)

Rasulullah saw diutus pada masa kerusakan moral yang menimpa seluruh dunia. Sehingga an Nadwi mengungkapkan dari segi pilihan masa saja manusia seharusnya dapat menyimpulkan bahwa beliau adalah pemimpin semesta, bukan hanya pemimpin arab. Pada akhirnya kerja keras, cinta dan kesungguhan beliau berda’wah berhasil memalingkan pandangan dunia dan menorehkan catatan gemilang dari bangkitnya sebuah generasi yang sebagian besar pengikutnya adalah orang-orang lemah dan tertindas.

Beliau palingkan khamr, maisir, nafsu syahwat dan nafsu perang demi kekuasaan  kepada kerja keras mambangun peradaban yang modern, berkeadilan, kesamaan hak didepan hukum, terjaminnya kepemilikan pribadi dan teraturnya kepentingan bersama. Bahkan orang-orang tertindas itu -- para sahabat -- ketika tiba masa mereka menjadi gubernur atau kepala daerah tidak mewarisi dendam kesewenangan atas kekuasaan dan keserakahan atas jabatan.

Perjalanan Manusia dari Jahiliyyah Kepada Islam (رحلة المسلم من الجاهلية إلى الإسلام)

13 tahun perjalanan pertama da’wah Rasulullah dalam menanamkan aqidah Islam pada bangsa Arab menghasilkan generasi pilihan yang istimewa. Sambutan mereka atas seruan iman langsung diseleksi dan dibuktikan dengan ujian demi ujian yang rela mereka tanggungkan. Jangankan kembali kepada kekafiran, ujian demi ujian itu justru menguatkan dan mengokohkan kekuatan keimanan dan kebersihan hati mereka.

Islam terbukti menjadi sebuah keimanan yang mengendalikan kekuasaan politik. Masyarakat Islam itu memperlihatkan dua poros, yakni spiritual dan temporal dalam ungkapan lain ialah masjid dan negara. Keyakinan dan ideologi keagamaan telah memberi motivasi yang kuat bagi penyatuan suku-suku arab dan memberikan ilham serta pengarahan untuk melakukan ekspansi dan penaklukan-penaklukan. Agama memberikan pandangan dunia, gagasan pengertian untuk kehidupan pribadi dan kehidupan bersama.

An Nadwi kemudian mengemukakan beberapa karakter khas generasi pertama ini yaitu, generasi tidak tergiur dengan harta dan hawa nafsu, Merasa mulia dengan keislaman mereka, Menganggap remeh segala macam kemewahan, Mencintai mati syahid, Terlepas dari egoism serta penguasaan konsep ketuhanan yang kokoh dan mendalam.

Masyarakat Islam (المجتمع الإسلامي)

Bangkitnya kekuatan baru yang gilang gemilang merupakan sebuah bukti yang nyata akan kebenaran risalah Allah yang diserukan Nabi-Nya. Kembali kepada kemurnian pemahaman, ibadah serta nilai-nilai perjuangan adalah jalan yang seharusnya ditempuh setiap Muslim.

Tak dapat dipungkiri hidupnya Rasululullah saw di tengah-tengah mereka menjadi ruh dan jiwa bagi masyarakat. Hilangnya ashobiyah, tidak ada dosa warisan dan setiap orang bertanggung jawab terhadap amal masing-masing, perintah taat hanya pada kebenaran memberikan batasan yang jelas dan lugas akan posisi kemuliaan dalam Islam. Bahwa kemuliaan dalam Islam bukanlah karena nasab, dan dapat diraih dengan upaya normal manusia serta kemuliaan diukur dengan ketakwaan menginspirasi semangat ibadah dan pengorbanan.

Bagaimana Kesuksesan Nabi Mengelola Sumber Daya Jahiliyyah Menjadi Manusia yang Istimewa (كيف حول الرسول خامات الجاهلية إلى عجائب الإنسانية)

An Nadwi mengemukakan tak dapat dipungkiri bahwa hanya umat inilah yang mampu mengendalikan daerah yang luasnya meliputi dua benua, dengan segala keadilan dan kejujurannya. Hanya ditengah ummat inilah ditemui penguasa yang adil, pejabat keuangan yang jujur, hakim yang berfihak pada kebenaran, rakyat yang ahli ibadah dan tentara yang hanya takut kepada Allah. Pada masa kejayaan Islam ini poemerintah tak pernah kekurangan sumberdaya manusia yang mampu memimpin dengan bijaksana.

Bab III Era Islam (العصر الإسلامي)

Masa Kepemimpinan Islam atas Dunia (عهد القيادة الإسلامية)

Penulis mengemukakan beberapa rahasia keberhasilan para pemimpin Islam dalam kepemimpinan mereka, pertama, mereka menjalankan pemerintahan berdasarkan syari’at Allah bukan kehendak nafsu meraka. Kedua, nilai-nilai Islam yang mereka tegakkan dalam kepemimpinan mereka telah tegak pada diri mereka. Ketiga, pengabdian dan pelayanan mereka universal tidak hanya kepada satu suku bangsa tertentu. Keempat, memperhatikan keseimbangan potensi manusia yaitu ruhaniyah, aqliyah dan jasadiyah. Semua potensi ini memperoleh haknya untuk maju dan berkembang.

Tak dapat dipungkiri pada masa khulafaur Rasyidin khususnya maupun pada masa Umayyah serta Abasiyah, dasar ideologi masyarakat maupun negara adalah Islam. Legitimasi dan otoritas, hukum yang diakui secara resmi dalam negara, lembaga-lembaga peradilan, pendidikan dan sosial semuanya berakar pada Islam. Sekalipun realitas sejarah dan politik dari kehidupan khilafat sering menghadapi keganjilan-keganjilan ditilik dari idea Islam akan tetapi prinsip utama dari identitas politik maupun hubungan sosial tetap berkaitan dengan syari’ah.

Bagi seorang Mukmin, watak Islam dalam sejarah Muslim dan kehidupan politik tidak dirusak oleh perbedaan generasi. Generasi Muslim yang belakangan mewarisi pemahaman yang romantik dan idealistik mengenai politik Islam dan hukum Islam. Mengikuti apa yang dikembangkan oleh para ulama sebelumnya, disalurkan dan mempengaruhi karya-karya mereka, lembaga-lembaga pendidikan, dan pengajaran keagamaan. Pemikiran ini sekalipun dikaburkan sebagian besar realitas sejarah Islam namun memberikan pola Islam yang mengilhami generasi-generasi berikutnya.

Keruntuhan Dalam Kehidupan Ummat Islam (الانحطاط في الحياة الإسلامية)

Penulis mencoba menganalisa penyebab kemunduran dalam tubuh ummat Islam pasca pencapaiannya yang gemilang atas penguasaan lebih dari 2/3 dunia pada masa itu. Beberapa penyebab kemunduran itu diuraikan dengan begitu gamblang dan seharusnya menjadi pelajaran bagi para pejuang Islam. Pertama, menghilangnya semangat jihad dan ijtihad dalam segala aspeknya karena fitnah dunia. Kedua, lemahnya proses pewarisan kekuasaan. Ketiga, pemalsuan Islam dan upaya menyingkirkan agama dari gelanggang politik. Keempat, sisa-sisa sifat jahiliyyah yang masih bercokol pada diri penguasa. Kelima, hilangnya keteladanan, serta munculnya bid’ah dan kesesatan. Intinya kemunduran ini disebabkan oleh perilaku para pemeluk Islam yang menjauh dari sumber ajarannya.

Peran Kepemimpinan Daulah Usmaniyyah (دور القيادة العثمانية)

Sejarah kembali dikejutkan justru pada saat era Islam menghadapi kemunduran, ketika Sultan Muhammad II dari Daulah Usmaniyyah berhasil menaklukkan konstantinopel di usianya yang baru menginjak 24 tahun. Keberhasilan yang tertunda selama 8 abad perjalanan panjang upaya penaklukannya.

Sekalipun pada akhirnya daulah ini pun tak luput dari gerusan imperialism, namun ada beberapa keutamaan daulah ini yang dicatat oleh penulis sebagai penyebab kekuatannya, yaitu: Pertama, kesederhanaan cara hidup dan berfikirnya menjadikan mereka belum terjangkit keruntuhan moral. Kedua, Memiliki keunggulan dalam persenjataan dan angkatan perang. Ketiga memiliki daerah yang strategis.

Namun tak dapat dihindari lagi, arus besar pergeseran dalam bidang kekuasaan yang terjadi akibat kemunduran peradaban Islam mengakibatkan pola hubungan Islam dan Barat menjadi terbalik, yakni dari suatu gerakan ekspansif yang demikian meluas pada masa sebelumnya kepada posisi bertahan.

Termasuk Imperium Usmaniyah yang terpaksa menghadapi ekspansi politik, ekonomi, dan ambisi keagamaan imperialis Barat. Sehingga menyebabkan stabilitas wilayah dan politik imperium ini berangsur lumpuh.

Pembaharuan yang berkembang secara progressif kepada hampir semua bidang kehidupan mulai masa Sultan Mahmud II dengan modernisasi militer yang disertai ikhtiar pemerintah untuk memodernisasi administrasi, hukum, pendidikan dan ekonomi tidak dapat menghentikan penguasaan Barat atas kerajaan ini.
 
Dikalahkannya Turki pada Perang Dunia I (1915) dan penyerbuan sekutu atas Turki hingga 1919 M menyebabkan Turki benar-benar mengalami kehancuran sehingga kekhalifahan Turki pada tahun 1924 dihapuskan. Hal ini berdampak semua derah kekuasaannya yang luas baik di Asia maupun Afrika diambil alih negara-negara Eropa yang menang perang.

Maka dimulailah kembali era kegelapan atas dunia ini, kolonialisme adalah gambaran atas keserakahan sebuah bangsa atas bangsa lain, penindasan dan ketidak adilan sosial, politik dan ekonomi. Sejarah itu terulang kembali.

hasbunallah wa ni'mal wakil
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar