Judul : Madza Khosirol ‘Alam binkhithothil Muslimin
:
Kerugian Dunia karena Kemunduran Ummat Islam
Penulis : Abul Hasan an Nadwi
Penerbit : Maktabah al Iman
Tebal buku : 262 hlm
Terbit : Kairo 1945
Tinjauan Umum
Buku ini menggambarkan realitas
kehidupan ummat Islam masa kini dan manusia pada umumnya dan semangat serta
solusi untuk membangkitkan kembali kejayaan Islam dan ummatnya. Buku ini terbagi ke dalam 5 bab.
Bab pertama,
Penulis menceritakan peradaban manusia pasca lenyapnya pengaruh agama samawi
yang masih murni. Dunia berada dalam kegelapan jahiliyyah. Pada bagian ini, pembaca dapat mengetahui situasi sosial, politik,
ekonomi dan keagamaan bangsa-bangsa besar yang ada didunia. Mulai dari
peradaban Romawi, Persia, bangsa Afrika, Asia sampai dengan bangsa Arab.
Intinya, abad ke-6 sampai dengan abad ke-7 merupakan babak kehidupan jahiliyah
(zaman kegelapan) yang dipenuhi oleh penindasan, kezaliman, diskriminasi oleh
para bangsawan kepada rakyat berlandaskan doktrin agama. Ummat manusia berada
dalam keadaan sekarat.
Bab Kedua, membahas pergeseran peradaban dari zaman jahiliyyah kepada
Islam. Diutusnya Nabi saw dan perannya melakukan perubahan sosial hingga bangsa
Arab menjadi bangsa yang diperhitungkan. Mulai dari pembentukan akidah,
membangun sistem serta menghasilkan dan mengorganisir para pejuang-pejuang
agama yang tangguh.
Bab ketiga, khusus membahas tentang kelanjutan masa kekuasaan Islam
mulai dari masa kekuasaan Khulafaurrasyidin sampai dengan masa kekuasaan
Khilafah Turki Utsmani. Penulis memaparkan fakta-fakta sejarah pada masa ini
sejak masa keemasannya hingga keruntuhan kekuasaan Islam yang saat itu diwakili
oleh Turki Usmani pada tahun 1924 M.
Bab empat membahas tentang kondisi umat manusia
dibawah kepemimpinan bangsa-bangsa Eropa. Perkembangan faham materialism yang
membangkitkan era pencerahan di Eropa yang pada akhirnya mengarahkan mereka
pada bunuh diri. Kebangkitan ini ditandai dengan hilangnya
kepercayaan kaum ilmuwan terhadap doktrin-doktrin gereja yang sesat dan
menyesatkan itu, serta menentang supremasi gereja sebagai pemimpin negara
sekaligus pemimpin keagamaan. Zaman ini juga ditandai dengan kelahiran kolonialisme, semangat
penaklukan yang didasari keinginan merampok kekayaan, distribusi hasil industri
dan penyebaran agama. Hal ini menambah penderitaan dan keterpurukan ummat
Islam.
Bab terakhir penulis
menyimpulkan bahwa sudah tiba saatnya bagi umat Islam untuk
segera merebut kembali kepemimpinan dari tangan bangsa-bangsa barat. Penelusuran kembali nilai-nilai
spiritual serta penguasaan teknologi jelas merupakan prasyarat kebangkitan
kembali kejayaan ummat.
Demikianlah kesedihan dan
kegelisahan penulis melihat kondisi ummat Islam menghasilkan tulisan dengan semangat
yang terasa meluap-luap mempengaruhi ketika membaca buku ini. Teringat wejangan
almarhum Ust. Rahmat Abdullah, “Jika diluar sana beronggok-onggok kemanusiaan
terkapar terabaikan orang, maka kitalah yang akan menanggung-nya seluruh atau
sebagian demi sebagian. Kita harus mengambil alih tanggung jawab
dengan kesedihan yang sungguh, seperti kita menangisinya saat pertama kali
menginjakkan kaki di peradaban modern ini beberapa waktu silam.”
KERUGIAN DUNIA KARENA KEMUNDURAN
UMMAT ISLAM
Bab I Masa Jahiliyah (العصر الجاهلي)
Kerugian Ummat Manusia (الإنسانية في الاحتضار) serta
Tatanan Politik dan Ekonomi Masyarakat pada Masa Jahiliyyah (النظام السياسي والمالي في العصر الجاهلي)
Menurut penulis, Abad keenam dan ketujuh
merupakan puncak kemerosotan peradaban manusia. Manusia telah melupakan
tuhannya & bahkan telah melupakan dirinya sendiri, hal ini disebabkan
ajaran yang dibawa para nabi telah lenyap. Penulis kemudian melakukan
perjalanan panjang eksplorasi keadaan ummat manusia pada masa itu,
Agama Kristen mengalami
kehancuran karena kedatangan Paulus yang memasukkan khurafat yang ada dalam
agama berhala. Pada masa ini orang-orang Kristen sangat berlebih-lebihan dalam
menyembah orang-orang suci mereka dan gambar-gambar atau patung Isa.
Penyimpangan agama Kristen ini
juga menyulut peperangan yang berkepanjangan karena perbedaan pandangan apakah
Isa itu campuran manusia dan tuhan atau zat tunggal. Mereka saling bunuh hanya
karena disebabkan hal-hal yang sepele. Negeri-negeri besar di dataran Eropa
yang pada masanya menjadi pusat peradaban telah hancur menjadi gelanggang
pertikaian dan pembunuhan. Hal ini diperparah dengan tingkah laku para
bangsawan yang menghisap habis “darah” rakyat guna kepentingan pribadi dan kemewahan.
Hingga Gustav le Bonn, seorang pemikir barat mengungkapkan agama kristenlah
penyebab kehancuran dan kemunduran peradaban manusia pada masa ini.
An Nadwi juga menuliskan bau busuk dari luka sejarah yang tak terobati, bahkan hingga saat ini. Arogansi bangsa yahudi akan keunggulan nasabnya dari semua bangsa lain memancing kebencian yang berdarah-darah dengan kaum nashrani. Penyerbuan dan pembantaian kaum wanita dan tempat-tempat ibadah dari kedua belah pihak menandai betapa sesatnya nafsu yang mereka klaim sebagai perintah suci agama.
Persia sebagai salah satu pusat
peradaban pada masa itu juga tak kalah rusaknya. Raja-raja dipertuhankan,
mereka adalah pembuat hukum dan memiliki hak yang absolute terhadap segala
hal. Pernikahan senasab
diperbolehkan, hingga kaisar Yazdasir II
menikahi anaknya sendiri yang kemudian dibunuhnya. Faham ini berkembang terus
hingga timbul ajaran Mazadak yang diantara isi ajarannya adalah wanita itu
sebagaimana air, api dan padang rumput sehingga bisa dinikmati oleh semua orang
secara bersama-sama.
Asia termasuk yang mengalami
penyimpangan keagamaan, agama Lau Tse, Confusius dan Budha mengalami kemunduran
yang pesat pada masa-masa ini, mereka segera berubah dengan drastis menjadi
agama berhala. Jawaharlal Nehru mengungkapkan, bahwa kemunduran agama budha
pada masa itu adalah disebabkan kaum Brahmana menuhankan Budha, inilah awal
berhalaisme dan kehancuran pada kemurnian ajaran agama ini. Tak berselang lama,
nafsu keserakahan berkembang. Dengan mengatasnamakan agama kaum brahmana
mengeruk kekayaan, kekuasaan dan wanita. Hingga kuil-kuil menjadi tempat
perbuatan cabul sekaligus penyembahan terhadap alat kelamin lawan jenis. Belum
lagi pembagian kasta yang menghinakan sebagian besar manusia guna melayani
arogansi dan egoisme minoritas penguasa.
Demikian pula kondisi di Arab,
kemusyrikan dan penindasan terhadap hak-hak kaum wanita pun terjadi. Yang
membedakan kejahiliyahan mereka dengan bangsa lainnya adalah mereka tidak
mengatasnamakan agama dan kepercayaan atas prilaku penyimpangan yang mereka
lakukan. Perang antar suku terjadi karena sebab-sebab yang logis, penguasaan
harta atau sekedar kebencian. Demikian pula sebagai contoh perilaku membunuhi
anak-anak wanita bukanlah karena itu “perintah tuhan” melainkan karena dalam
pandangan mereka wanita itu tidak bisa berperang dan merepotkan dalam
menjaganya ketika terjadi peperangan. Jelas berbeda dengan kejahiliyahan
bangsa-bangsa lain pada masa itu yang mengatasnamakan agama atas segala
perilaku penyimpangan yang mereka lakukan.
Bab II Dari Jahiliyyah Kepada
Islam (من الجاهلية إلى الإسلام)
Metodologi Nabi dalam Melakukan Perbaikan dan
Perubahan (منهج الأنبياء في الإصلاح
والتغيير)
Rasulullah saw diutus pada masa
kerusakan moral yang menimpa seluruh dunia. Sehingga an Nadwi mengungkapkan
dari segi pilihan masa saja manusia seharusnya dapat menyimpulkan bahwa beliau
adalah pemimpin semesta, bukan hanya pemimpin arab. Pada akhirnya kerja keras,
cinta dan kesungguhan beliau berda’wah berhasil memalingkan pandangan dunia dan
menorehkan catatan gemilang dari bangkitnya sebuah generasi yang sebagian besar
pengikutnya adalah orang-orang lemah dan tertindas.
Beliau palingkan khamr, maisir,
nafsu syahwat dan nafsu perang demi kekuasaan
kepada kerja keras mambangun peradaban yang modern, berkeadilan,
kesamaan hak didepan hukum, terjaminnya kepemilikan pribadi dan teraturnya
kepentingan bersama. Bahkan orang-orang tertindas itu -- para sahabat -- ketika
tiba masa mereka menjadi gubernur atau kepala daerah tidak mewarisi dendam kesewenangan
atas kekuasaan dan keserakahan atas jabatan.
Perjalanan Manusia dari
Jahiliyyah Kepada Islam (رحلة
المسلم من الجاهلية إلى الإسلام)
13 tahun perjalanan pertama
da’wah Rasulullah dalam menanamkan aqidah Islam pada bangsa Arab menghasilkan generasi
pilihan yang istimewa. Sambutan mereka atas seruan iman langsung diseleksi dan
dibuktikan dengan ujian demi ujian yang rela mereka tanggungkan. Jangankan
kembali kepada kekafiran, ujian demi ujian itu justru menguatkan dan
mengokohkan kekuatan keimanan dan kebersihan hati mereka.
Islam
terbukti menjadi sebuah
keimanan yang mengendalikan kekuasaan politik. Masyarakat Islam itu
memperlihatkan dua poros, yakni spiritual dan temporal dalam ungkapan lain
ialah masjid
dan negara. Keyakinan dan ideologi keagamaan telah memberi motivasi yang kuat
bagi penyatuan
suku-suku arab dan memberikan ilham serta pengarahan untuk melakukan ekspansi
dan penaklukan-penaklukan. Agama memberikan pandangan dunia, gagasan pengertian
untuk kehidupan pribadi dan kehidupan bersama.
An Nadwi kemudian mengemukakan beberapa
karakter khas generasi pertama ini yaitu, generasi tidak tergiur dengan harta
dan hawa nafsu, Merasa mulia dengan keislaman mereka, Menganggap remeh segala
macam kemewahan, Mencintai mati syahid, Terlepas dari egoism serta penguasaan
konsep ketuhanan yang kokoh dan mendalam.
Masyarakat Islam (المجتمع الإسلامي)
Bangkitnya kekuatan baru yang gilang gemilang merupakan sebuah bukti
yang nyata akan kebenaran risalah Allah yang diserukan Nabi-Nya. Kembali kepada
kemurnian pemahaman, ibadah serta nilai-nilai perjuangan adalah jalan yang
seharusnya ditempuh setiap Muslim.
Tak dapat dipungkiri hidupnya Rasululullah saw di tengah-tengah mereka
menjadi ruh dan jiwa bagi masyarakat. Hilangnya ashobiyah, tidak ada dosa
warisan dan setiap orang bertanggung jawab terhadap amal masing-masing,
perintah taat hanya pada kebenaran memberikan batasan yang jelas dan lugas akan
posisi kemuliaan dalam Islam. Bahwa kemuliaan dalam Islam bukanlah karena
nasab, dan dapat diraih dengan upaya normal manusia serta kemuliaan diukur
dengan ketakwaan menginspirasi semangat ibadah dan pengorbanan.
Bagaimana Kesuksesan Nabi Mengelola Sumber Daya
Jahiliyyah Menjadi Manusia yang Istimewa (كيف حول الرسول خامات الجاهلية إلى عجائب الإنسانية)
An Nadwi mengemukakan tak dapat dipungkiri bahwa
hanya umat inilah yang mampu mengendalikan daerah yang luasnya meliputi dua
benua, dengan segala keadilan dan kejujurannya. Hanya ditengah ummat inilah
ditemui penguasa yang adil, pejabat keuangan yang jujur, hakim yang berfihak
pada kebenaran, rakyat yang ahli ibadah dan tentara yang hanya takut kepada
Allah. Pada masa kejayaan Islam ini poemerintah tak pernah kekurangan
sumberdaya manusia yang mampu memimpin dengan bijaksana.
Bab III
Era Islam (العصر الإسلامي)
Masa Kepemimpinan Islam atas Dunia (عهد القيادة الإسلامية)
Penulis mengemukakan
beberapa rahasia keberhasilan para pemimpin Islam dalam kepemimpinan mereka,
pertama, mereka menjalankan pemerintahan berdasarkan syari’at Allah bukan kehendak
nafsu meraka. Kedua, nilai-nilai Islam yang mereka tegakkan dalam kepemimpinan
mereka telah tegak pada diri mereka. Ketiga, pengabdian dan pelayanan mereka
universal tidak hanya kepada satu suku bangsa tertentu. Keempat, memperhatikan
keseimbangan potensi manusia yaitu ruhaniyah, aqliyah dan jasadiyah. Semua
potensi ini memperoleh haknya untuk maju dan berkembang.
Tak dapat dipungkiri pada masa khulafaur
Rasyidin khususnya
maupun pada masa Umayyah serta Abasiyah, dasar ideologi masyarakat
maupun negara adalah Islam. Legitimasi
dan otoritas, hukum yang diakui secara resmi dalam negara, lembaga-lembaga
peradilan, pendidikan dan sosial semuanya berakar pada Islam. Sekalipun
realitas sejarah dan politik dari kehidupan khilafat sering menghadapi
keganjilan-keganjilan ditilik dari idea Islam akan tetapi prinsip utama dari
identitas politik maupun hubungan sosial tetap berkaitan dengan syari’ah.
Bagi seorang Mukmin, watak Islam dalam sejarah
Muslim dan kehidupan politik tidak dirusak oleh perbedaan generasi. Generasi
Muslim yang belakangan mewarisi pemahaman yang romantik dan idealistik mengenai
politik Islam dan hukum Islam. Mengikuti apa yang dikembangkan oleh para ulama
sebelumnya, disalurkan dan mempengaruhi karya-karya mereka, lembaga-lembaga
pendidikan, dan pengajaran keagamaan. Pemikiran ini sekalipun dikaburkan
sebagian besar realitas sejarah Islam namun memberikan pola Islam yang mengilhami
generasi-generasi berikutnya.
Keruntuhan Dalam
Kehidupan Ummat Islam (الانحطاط في الحياة الإسلامية)
Penulis mencoba
menganalisa penyebab kemunduran dalam tubuh ummat Islam pasca pencapaiannya
yang gemilang atas penguasaan lebih dari 2/3 dunia pada masa itu. Beberapa
penyebab kemunduran itu diuraikan dengan begitu gamblang dan seharusnya menjadi
pelajaran bagi para pejuang Islam. Pertama, menghilangnya semangat jihad dan
ijtihad dalam segala aspeknya karena fitnah dunia. Kedua, lemahnya proses
pewarisan kekuasaan. Ketiga, pemalsuan Islam dan upaya menyingkirkan agama dari
gelanggang politik. Keempat, sisa-sisa sifat jahiliyyah yang masih bercokol
pada diri penguasa. Kelima, hilangnya keteladanan, serta munculnya bid’ah dan
kesesatan. Intinya kemunduran ini disebabkan oleh perilaku para pemeluk Islam
yang menjauh dari sumber ajarannya.
Peran Kepemimpinan
Daulah Usmaniyyah (دور القيادة العثمانية)
Sejarah kembali
dikejutkan justru pada saat era Islam menghadapi kemunduran, ketika Sultan
Muhammad II dari Daulah Usmaniyyah berhasil menaklukkan konstantinopel di
usianya yang baru menginjak 24 tahun. Keberhasilan yang tertunda selama 8 abad
perjalanan panjang upaya penaklukannya.
Sekalipun pada akhirnya
daulah ini pun tak luput dari gerusan imperialism, namun ada beberapa keutamaan
daulah ini yang dicatat oleh penulis sebagai penyebab kekuatannya, yaitu:
Pertama, kesederhanaan cara hidup dan berfikirnya menjadikan mereka belum
terjangkit keruntuhan moral. Kedua, Memiliki keunggulan dalam persenjataan dan
angkatan perang. Ketiga memiliki daerah yang strategis.
Namun tak dapat dihindari
lagi, arus besar pergeseran dalam bidang kekuasaan yang terjadi akibat
kemunduran peradaban Islam mengakibatkan pola hubungan Islam dan Barat menjadi
terbalik, yakni dari suatu gerakan ekspansif yang demikian meluas pada masa
sebelumnya kepada posisi bertahan.
Termasuk Imperium
Usmaniyah yang terpaksa menghadapi ekspansi politik, ekonomi, dan ambisi
keagamaan imperialis Barat. Sehingga menyebabkan stabilitas wilayah dan politik
imperium ini berangsur lumpuh.
Pembaharuan yang
berkembang secara progressif kepada hampir semua bidang kehidupan mulai masa
Sultan Mahmud II dengan modernisasi militer yang disertai ikhtiar pemerintah
untuk memodernisasi administrasi, hukum, pendidikan dan ekonomi tidak dapat
menghentikan penguasaan Barat atas kerajaan ini.
Dikalahkannya Turki pada Perang Dunia I (1915) dan penyerbuan
sekutu atas Turki hingga 1919 M menyebabkan Turki benar-benar mengalami
kehancuran sehingga kekhalifahan Turki pada tahun 1924 dihapuskan. Hal ini
berdampak semua derah kekuasaannya yang luas baik di Asia maupun Afrika diambil
alih negara-negara Eropa yang menang perang.
Maka dimulailah kembali era kegelapan atas dunia ini,
kolonialisme adalah gambaran atas keserakahan sebuah bangsa atas bangsa lain,
penindasan dan ketidak adilan sosial, politik dan ekonomi. Sejarah itu terulang
kembali.
hasbunallah wa ni'mal wakil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar